Pada waktu itu aku pernah berpikir bahwa kurang afdol rasanya kalo sudah berburu dan menggilai sebuah VW tanpa memiliki VW water-cooled. Ya, pada umumnya VW jaman dahulu beken dengan mesin yang berpendingin udara, atau dikenal dengan air-cooled engine, sejak dari awal beredarnya pada tahun 40’an hingga menginjak tahun 70’an VW masih mengaplikasi air-cooled engine. Lalu pada awal era 70’an VW mulai beralih dengan mengembangkan suatu teknologi yang sebenarnya sudah diapakai oleh kebanyakan mobil lain pada umumnya. Akhirnya VW memproduksi juga mesin berpendingin air, atau water-cooled engine. Seiring dengan berkembangnya tahun, beberapa type yang diproduksi pada era itu adalah, Golf, Rabbit (US), Dasher(US), Passat, Vanagon, dll.
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya sedang berkendara, saya melihat sebuah sedan berwarna putih gading yang tampaknya sangat asing bagiku pada saat itu, kondisinya yang sangat istimewa membuat aku sangat tertarik dan penasaran, setelah kuamati ternyata itu adalah sebuah VW sedan yang belum pernah saya jumpai sebelumnya, itulah pertama kali aku melihat VW Passat. Beberapa waktu kemudian, pada saat papa saya sedang berada di sebuah salon mobil langganan untuk memoles kaca kombi kami, ada seseorang yang juga sedang berada di salon mobil itu dengan membawa sebuah sedan VW berwarna putih, yup lagi-lagi itu adalah VW Passat. Waktu itu papa juga tertarik dengan mobil itu karena kondisi dan ke’original’annya. Akhirnya papa berkenalan dan berbincang-bincang cukup lama dengan sang pemilik. Sang pemilik ternyata juga adalah seorang penggemar mobil klasik, dia tidak hanya mengkoleksi merek VW. Ada banyak merek lain yang dia miliki, beberapa diantaranya bukan koleksi sembarangan. Sesampainya di rumah, papa bercerita tentang apa yang terjadi di salon mobil tadi, aku sempat berpikir jangan-jangan itu adalah Passat yang sama dengan yang aku lihat di jalan, beberapa waktu lalu.
Akhirnya, tak lama kemudian papa mengajakku berkunjung ke pemilik VW Passat tersebut, dan ternyata sesuai dugaanku sebelumnya, Passat itulah yang aku jumpai dulu. Baru kali ini aku melihat kondisi mobil ini dari dekat dan se detail-detail nya. Memang sesuai pandangan pertama yang begitu menggoda, mobil ini benar-benar dalam kondisi yang memuaskan, apalagi pada waktu kulihat odometer yang tertera di speedometer cuma 75ribu km! yang disayangkan cuma satu yaitu sudah pernah dicat ulang, namun tetap mengaplikasi warna aslinya yaitu Atlas White. Sejak dari perkenalan itu, kami bertambah akrab dengan sang pemilik, apalagi kami juga salah satu penggemar VW. Kami akhirnya sering mengajak dia untuk mengikuti event-event VW dan mobil klasik yang diadakan. Ternyata banyak juga orang yang suka dan tertarik dengan Passat tersebut, mobil ini mempunyai daya tarik tersendiri kelihatannya menurutku. Memang VW Passat sangat jarang ditemui di jalanan dibandingkan dengan VW Golf, banyak juga orang agak merasa aneh ketika melihat VW ini, mereka juga belum pernah menjumpai VW jenis ini sebelumnya.
Sejak dari perkenalan kami dengan sang pemilik, koleksi mobil tuanya terus bertambah banyak, rata-rata semua nya didapat dengan kondisi bahan atau mentahan. Ia juga senang untuk merestorasi mobil tua, menurutnya mengedarai mobil tua mempunyai sense dan keunikan tersendiri. Hal yang paling ia sering lakukan adalah mengiming-imingi aku dengan mampir ke bengkel kami mengendarai Passat-nya, itulah yang membuat aku semakin penasaran dengan Passat itu. Pada saat itu dia juga tahu bahwa kami juga memiliki sebuah Austin 8 saloon tahun 1947 warna hitam, dan berniat menjualnya. Rupanya ia juga cukup tertarik dengan kondisi Austin kami, kemudian ia memberi kami beberapa opsi untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Ia menawarkan Austin kami ditukar dengan beberapa koleksinya, ada beberapa mobil yang ia tawarkan saat itu, diantaranya Fiat 1300, Dodge Dart, dan entah ada beberapa merek lain yang aku lupa. Ia juga sempat menawarkan untuk menukar Austin kami dengan 2 buah Fiat 1300 dengan kondisi yang sudah direstorasi plus sejumlah uang. Opsi lainnya yaitu, menukar Austin kami dengan sebuah Dodge Dart plus sejumlah uang. Jujur, saya tidak cukup tertarik untuk menyetujui pilihannya. Yang ada dibenak saya pada waktu itu adalah bagaimana untuk mendapatkan Passat nya, itu saja. Saya sempat nyeletuk bagaimana kalo ditukar dengan Passat nya saja, dia cuma menanggapi dengan tertawa kecil waktu itu.
Beberapa bulan kemudian, pada saat mengikuti sebuah acara PPMKI di Malang, dia ikut serta dengan membawa Passat-nya, dan pada waktu itu saya dan papa mengendarai Fiat 124s opa saya. Kami sama-sama mengikuti acara reli wisata yang diadakan oleh PPMKI. Sejak awal berangkat, tidak seperti biasanya, dia selalu digoda Passat nya, yang rewel lah, yang mbrebet lah, dan lain-lain, padahal sebelumnya mobil itu tidak pernah rewel sekalipun dibawa kemana-mana, sampai-sampai ke Bali pun pada saat mengikuti event VW ia tidak membawa dongkrak, apalagi sebuah perkakas, wow nekat banget orang ini kupikir. Setelah acara reli selesai dan menunggu pengumuman pemenang, beberapa peserta reli sempat menggodanya untuk menjual Passatnya karena rewel terus sepanjang acara, dia hanya diam saja pada waktu itu. Baru beberapa saat kemudian, ketika saya memancingnya lagi untuk barter dengan Austin saya, ia akhirnya menanggapi dan memberikan sebuah alternatif, yaitu kali ini kami yang disuruh nambah sejumlah duit. Ketika itu kami sempat terdiam sesaat, dan terheran-heran akan apa yang ia katakan. Kami langsung meresponi tawaranya dengan menawar harga tambahan yang dimintanya. Sampai acara pengumuman selesai, masih belum terjadi kesepakatan, dan kami memutuskan untuk menunda dulu tawaran tersebut.
Di perjalanan pulang, kami pulang bersama-sama dengan berjalan beriringan. Pada waktu itu kami mengiringinya dari belakang, karena kami takut akan kendala Passat itu muncul lagi, ketika ditengah perjalanan, tepatnya di tol, Passat tersebut menepi ke bahu jalan karena sesuatu hal. Ternyata selang karet radiator yang retak di bagian pangkalnya karena sudah keras, kemudian saya memperbaikinya sementara dengan memotong sebagian pangkal selang tersebut dengan bekal seadanya untuk bisa sampai ke rumah dengan aman. Di tengah perjalanan saya sempat bicara dengan papa, bahwa mobil itu pada akhirnya akan berpindah tangan ke kita. Passat tersebut langsung diperbaiki keesokan harinya di bengkel kami. Sang pemilik lagi-lagi memulai pembicaraan tentang tawarannya kemarin. Ternyata orang ini serius juga akan tawaran yang ia berikan. Negosiasinya pun tergolong lama, dan tertunda-tunda terus, sampai ada berita mau dijualnya mobil ini sudah sampai ke telinga banyak orang dan semakin ramai saja peminatnya. Tetapi sang pemilik yang akhirnya mendesak kami agar membeli Passat tersebut, ia lebih rela mobilnya berada di tangan kami yang menurutnya sudah dapat dijamin keberadaannya dan ia pun masih dapat menengoknya kapanpun. Sejak itulah akhirnya keinginan dan perkataanku beberapa waktu lalu akhirnya tercapai. Passat itu berada di garasi rumah kami sekarang.